Langsung ke konten utama
Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Objektif dan Perspektif Subjektif
(Kajian Struktur Birokrasi Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II)
Oleh : Monika Wutun
PENDAHULUAN
Ketika mendengar kata “Organisasi” apa yang anda pikirkan? Dan jika kata organisasi dilekatkan dengan  komunikasi, apa yang terlintas di pikiran anda? Apakah anda berpikir tentang sekretariat (kantor), manusia yang menjadi anggota ataukah yang berada pada tataran konseptual yakni seperangkat aturan yang mengikat para anggota pada satu tujuan bersama.   
Ada begitu banyak dimensi yang dapat menjelaskan tentang organisasi dalam perspektif komunikasi. Organisasi dapat dipandang secara tradisional/klasik/mekanistis (organisasi dianggap seperti mesin). Bisa juga dengan pendekatan human relations, human resources¸ sistem, ataukah budaya yang dilembagakan.
Berbagai perspektif coba dikembangkan oleh ahli komunikasi organisasi untuk menemukan pemahaman yang tepat mengenai organisasi itu. Secara umum organisasi dapat dipahami dari dua sisi/perspektif yaitu objektivis dan subjektivis.1
Tulisan ini akan coba memaparkan apa itu organisasi dari dua perspektif tersebut. Dan yang membuat tulisan ini akan lebih menarik ketika perspektif objektivis dan subjektivis dipakai untuk mengkaji birokrasi pemerintah Indonesia dibawah pimpinan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dengan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II.
MEMAHAMI ORGANISASI DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI
Sebelum membahas tentang organisasi dalam perspektif komunikasi, ada baiknya dipaparkan terlebih dahulu definisi Komunikasi, Organisasi dan Komunikasi Organisasi. Pemaparan ini dimaksudkan agar kita lebih memahami di mana posisi organisasi dalam komunikasi. Ketika sudah dipahami maka kita dapat memposisikan diri sebagai orang objektif atau subjektif dalam memahami organisasi. 
Effendy (2003) mengatakan komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh partisipan komunikasi yang dibahasakan sebagai komunikator kepada komunikan. Proses ini dikategorikan dalam dua perspektif yaitu pertama, proses komunikasi dalam perspektif psikologis; dimana komunikasi terjadi pada diri partisipan komunikasi. Kedua, perspektif mekanistis; proses ini berlangsung ketika pengirim pesan memindahkan pesan dan pesan itu sampai diterima oleh penerima. Dalam perspektif mekanistis komunikasi dapat berlangsung secara primer, sekunder, linear, dan sirkular.
Frank Dance dalam Littlejohn (2009) mengklasifikasi tiga dimensi pemahaman komunikasi yaitu dimensi tingkat pengamatan, dimensi tujuan dan dimensi penilaian. Pada dimensi tingkat pengamatan, Dance melihat keluasan dan kebebasan pendefinisian komunikasi yang dapat berupa proses atau sebagai suatu sistem informasi. Sementara pada dimensi tujuan, definisi-definisi yang terkategori disini adalah definisi yang memasukkan pengirim dan penerima pesan dengan maksud tertentu. Sedangkan dimensi penilaian, disini komunikasi didefinisikan sebagai pernyataan tentang keberhasilan, keefektifan, atau ketepatan.
Suatu organisasi bisa didefinisikan sebagai sebuah kelompok individu yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah individu sangat bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainnya. ada yang beranggotakan tiga atau empat orang bekerja dengan kontrak yang sangat dekat. Yang lainnya memiliki seribu karyawan tersebar di seluruh dunia. Apa yang penting dalam hal ini adalah merekaini bekerja di dalam struktur tertentu.2
DeVito (1997) menyebutkan dalam setiap organisasi terdapat struktur formal dan informal. Tingkat struktur dalam organisasi sangat bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainnya. Dalam struktur yang sangat ketat, peran dan posisi setiap orang berada dalam hirarki yang didefinisikan dengan jelas. Di dalam organisasi dengan struktur yang lebih longgar, peran bisa bergantian dan strukur hirarki bisa kurang jelas dan relatif kurang penting.
Ketika kita memikirkan tentang Organisasi menurut Littlejohn (2009),  sebenarnya kita berpikir tentang tiga aspek yang muncul dari suatu organisasi yaitu (1)Susunan, bentuk dan fungsi organisasional; (2)Manajemen, kendali dan kuasa; (3)Budaya organisasional. Gareth Morgan menyampaikan metafora yang dapat diidentifikasi bisa membantu kita memahami organisasi adalah melalui metafora tentang mesin, organisme, otak, sistem politik, penjara, fisik dan kebudayaan.3
 Kecenderungan teori komunikasi belakangan ini mengakui bahwa organisasi muncul sebagai hasil interaksi antar anggota atau disampaikan secara gamblang oleh Littlejohn bahwa organisasi dihasilkan melalui komunikasi. Dikatakan, komunikasi sebagai sebuah alat bantu oleh anggota organisasi sebenarnya merupakan media yang menjadikan organisasi tersebut ada. Weick benar. Komunikasi adalah sebuah proses beroganisasi, dan karena komunikasi bersifat dinamis, sebuah “organisasi” hanyalah gambaran dari sebuah proses yang selalu berkembang.
Kegiatan berorganisasi memiliki tujuan karena kehidupan berorganisasi dipenuhi oleh tujuan dan tugas. Bekerja dalam sebuah organisasi adalah sebuah pengalaman kegiatan yang lebih baik. Kita berpartisipasi dalam organisasi tepatnya karena organisasi memungkinkan kita mencapai sesuatu yang penting secara pribadi yakni pemasukan. Tetapi tidak semua organisasi bertujuan untuk mendapatkan pemasukan – seperti gejala perkumpulan warga, asosiasi komunikasi lembaga pendidikan, dan organisasi professional – yang memperbolehkan kita mengejar nilai-nilai lain.
Sendjaja (1994) membagi fungsi komunikasi dalam organisasi ke dalam empat kategori yaitu:
 (1) Fungsi informatif. Organisasi dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi lebih banyak, lebih baik dan lebih tepat waktu.
2(2) Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: Pertama, berkaitan dengan orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan-pesan regulatif yang berorientasi pada kerja.
  (3) Fungsi Persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.
 (4) Fungsi Integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: saluran formal dan informal (perbindangan antarpribadi

Griffin (2000) menyampaikan lima pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami organisasi dalam perspektif komunikasi yaitu :
1(1) The Mechanistic Approach (Pendekatan Mekanistis). Pendekatan ini memandang organisasi seperti mesin yang bekerja untuk pencapaian tujuan. 
  (2) The Human Relations Approach (Pendekatan Relasi Antarmanusia). Pendekatan ini secara langsung memiliki perbandingan yang kontras dengan pendekatan mekanistis. Pendekatan ini melihat manusia/individu sebagai bagian penting dari organisasi. Pekerja adalah manusia, dan mereka memiliki sisi manusiawi yang berbeda dengan robot. Dengan memperhatikan sisi relasi antarmanusia diharapkan individu lebih mengeluarkan secara penuh potensi dirinya bagi kemajuan organisasi.
  (3) The General System Approach (Pendekatan Sistem yang umum). Kata sistem lebih dimaknai sebagai penggambaran dari pentingnya realitas dalam kehidupan – seperti sistem telepon, sistem pelaporan dan lainnya. Sistem menunjukkan proses transformasi materi atau masukan dari lingkungan untuk menyusun output atau hasil dari organisasi. Dalam pendekatan ini lebih diperhatikan sistem informasi dalam organisasi.
4(4) The Cultural Approach (Pendekatan Budaya). Budaya dilihat sebagai sesuatu yang bukan milik organisasi; tetapi budaya adalah bagian dari organisasi (melekat dalam organisasi).  
5(5) The Political Approach (Pendekatan Politik). Pendekatan ini ditambahkan oleh Griffin untuk menunjukkan bahwa sebenarnya dalam organisasi terhadap perjuangan tersembunyi yang perlu diperlihatkan kepada publik bahwa di setiap organsasi ada persaingan untuk memperoleh kekuasaan. Griffin mencontohkan analisis managerial dari Stanley Deetz yang menganalisis distribusi kekuasaan yang tidak seimbang dalam organisasi dan leibh tertarik pada sistem demokrasi.



MEMBEDAH “KOMUNIKASI ORGANISASI”
DARI PERSPEKTIF OBJEKTIF DAN PERSPEKTIF SUBJEKTIF
Paradigma komunikasi organisasi menurut Pace & Faules (1998) terdiri dari dua perspektif yaitu: Pertama, perspektif objektif yang dikenal juga dengan positivistik/ mekanistik/ scientific/ strukturalistik. Kedua, perspektif subjektif/ humanistik/ interpretif/ transaksional.
Istilah objektif merujuk pada pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku, dan peristiwa-peristiwa eksis di suatu dunia nyata. Hal itu eksis terlepas dari pengamat. Sedangkan istilah subjektif menunjukkan bahwa realitas itu sendiri adalah suatu konstruksi sosial. Pengetahuan tidak mempunyai sifat yang objektif dan tidak mempunyai sifat yang tidak dapat berubah. Tetapi istilah objektif dan subjektif tidak dimaknai sebagai pilihan antara mana yang lebih baik. Istilah objektif lebih dimaknai sebagai bebas nilai dalam penemuan kebenaran.
Berikut akan ditampilkan tabel perbadingan pemikiran antara perspektif objektif dan perspektif subjektif dalam organisasi yang diadopsi dari Pace & Faules (1998):
Tabel 1. Perbandingan Pemikiran Antara Perspektif Objetkif
dan Subjektif Dalam Organisasi
Pandangan Objektif
Pandangan Subjektif
n Pandangan ini mengasumsikan bahwa “orang-orang dapat menjauhkan diri mereka dari bias-bias mereka dan bahwa “kebenaran” dapat ditemukan bila kita dapat menyingkirkan campur tangan manusia ketika melakukan penilaian”.
n Manusia adalah produk lingkungan.
n Manusia mengamati lingkungan, menentukan makna, dan menggunakan bahasa yang sesuai untuk mengidentifikasi apa yang diamati.
n Realitas adalah sesuatuyang kongkret terpisah dari manusia sama seperti orang memandang dunia fisik/alam.
n Tindakan seseorang itu haruslah bertujuan, goal oriented, rasional serta ditentukan oleh lingkungan.

n Mengasumsikan bahwa pengetahuan tidak mempunyai sifat yang objektif dan tidak mempunyai sifat yang “tidak dapat berubah”. Pandangan ini menganggap manusia sebagai makhluk dinamis.
n Manusia cenderung merupakan faktor yang memutuskan bagaimana lingkungan eksternal dikonstruksi.

n Manusia yang menentukan dan mencipta / mengkontruksi lingkungan sesuai dengan kreatifitasnya (identifikasi apa yang diamati sesuai dengan pemberian makna oleh pengamat)
n Tidak ada sesuatu yang eksis di luar pikiran manusia, karena manusialah yang menciptakan realitas dengan kreativitasnya.
n Tindakan seseorang itu muncul dari proses sosial dalam interaksi manusia, artinya perilaku yang berkembang yang bergantung pada konstruksi sosial yang terjadi selama proses interaksi.
Implikasi perpektif objektif terhadap kajian komuniksi organisasi:
n Komunikasi dipahami sebagai sebuah proses penyampaian pesan / transmisional yaitu suatu proses linier/ proses sebab akibat/ proses pengiriman pesan dari komunikator pada komunikan.
n Organisasi adalah sesuatu yang bersifat fisik / konkret yang merupakan sebuah struktur. Organisasi terdiri dari tindakan, interaksi dan transaksi yang melibatkan orang-orang.
n Organisasi adalah wadah (container view of organizations) tempat dimana semua unsur yang membentuk organisasi ditempatkan dalam wadah itu.
n Fokus perhatiannya adalah bagaimana komunikasi itu efektif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam organisasi

Implikasi perpektif Subjektif terhadap kajian komuniksi organisasi:
n  Komunikasi dipahami sebagai suatu proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih.
n  Organisasi dipahami sebagai kegiatan yang dilakukan orang-orang. Organisasi dicipta dan terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi dan transaksi antar orang. Organisasi berarti proses. Dimana setiap perilaku mengandung makna bagi yang melakukannya. Bagaimana perilaku tersebut mencipta lingkungan (budaya).
n   Organisasi akan tetap bertahan jika mampu mencipta lingkungan (budaya) dalam realitas.
n  Fokus perhatiannya adalah pada makna setiap perilaku/komunikasi yang berlangsung dalam organisasi diantara para anggotanya.
Sumber: Pace & Faules (1998)
Suatu organisasi dapat didekati sebagai suatu objek studi. Sebagian orang menganggap organisasi sebagai suatu subjek yang menyenangkan dan menarik. Tujuan utama mereka adalah untuk memahami organisasi dan menemukan bagaimana kehidupan terwujud lewat komunikasi. Tekanannya adalah pada bagaimana suatu organisasi dikonstruksi dan dipelihara lewat proses komunikasi.
Organisasi juga dikaji karena organisasi dianggap menindas. Seorang humanis radikal mungkin tertarik pada bagaimana manusia menciptakan penjara mereka sendiri dalam organisasi. Sebaliknya, seorang strukturalis radikal, mungkin sangat tertarik pada organisasi sebagai kekuatan yang mendominasi (Morgan dalam Pace & Faules, 1998:25). Kedua pandangan ini menghasilkan para pengkritik yang tertarik pada bagaimana komunikasi organisasi digunakan untuk mengendalikan individu yang tampaknya tidak menyadari dominasi organisasi.
Tujuan pengkritik tersebut adalah untuk membebaskan individu dari penindasan dengan memberikan analisis dan kritik mengenai apa yang mereka lihat sebagai suatu tatanan sosial yang menindas. Maka mereka dapat menyediakan cara-cara alternatif untuk mengubah organisasi yang ada. Komunikasi organisasi lebih dari sekedar apa yang dilakukan orang-orang. komunikasi organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat.
Dari perbandingan kedua perspektif tersebut, komunikasi organisasi dapat didefinisikan  dalam dua pendekatan yaitu definisi tradisional/objektif dan definisi interpretif/subjektif. Secara tradisional komunikasi organisasi cenderung menekankan kegiatan penangan pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasional (organizational boundary).
Sementara dari perspektif interpretif/subjektif, komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi. Proses interaksi tersebut tidak mencerminkan organisasi; ia adalah organisasi. Komunikasi organisasi adalah “perilaku pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransasksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Jadi komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan objektif melihat organisasi sebagai struktur, sedangkan pendekatan subjektif memandang organisasi sebagai proses (mengorganisasikan perilaku). Komunikasi lebih dari sekedar alat, ia adalah cara berpikir.
Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran, dan penanganan kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan apa maknanya tergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi.
Komunikasi mendukung struktur organisasi dan adaptasinya dengan lingkungan. Bila organisasi merupakan suatu pemrosesan informasi besar, maka maksud proses komunikasi adalah untuk memperoleh informasi yang tepat bagi orang yang tepat pada saat yang tepat. Berdasarkan perspektif ini, komunikasi organisasi dapat dilihat sebagai “proses mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarkan komunikasi yang memungkinkan organisasi berfungsi (Farace, Monge, & Russel dalam Pace & Faules, 1998:34).
Pertanyaan yang menarik dari Pace & Faules tentang apakah komunikasi organisasi dapat eksis tanpa orang-orang? Hal ini mendorong saya untuk berpikir apakah benar jika kita sudah beralih dari pemikiran objektif yang membatasi organisasi dalam suatu sistem yang ketat dengan pemikiran tradisional maka perjumpaan fisik antara anggota menjadi hal mutlak perlu. Tetapi ketika pemikiran ini sudah bergerak ke arah pendekatan yang lebih modern, maka kehadiran secara fisik dari anggota organisasi mesti didiskusikan lagi.
Bila pesan diberlakukan sebagai substansi fisik (suatu pandangan objektif yang ekstrem), komunikasi dapat eksis tanpa orang-orang. kaum objektivis memfokuskan perhatian pada perolehan informasi melalui sistem tersebut. Sementara peranan orang-orang adalah unggul dalam pandangan subjektivis mengenai komunikasi organisasi. Pesan diciptakan, ditafsirkan, dan dicipta ulang dalam suatu proses berkelanjutan. Komunikasi organisasi tidak eksis hingga ia diciptakan dan ditafsirkan oleh orang-orang.
Pada bagian ini akan dipaparkan secara ringkas perkembangan teori komunikasi organisasi yang bergerak dari perspektif objektivis menuju subjektivis. Mary Jo Hatch dalam Saleh membagi empat perkembangan perspektif teori organisasi yang didasarkan pada kedua perspektif tersebut yaitu klasik, Modern, interpretasi simbolik, dan post modernism4.
1)   Klasik
Asumsi : organisasi dipahami sebagai tempat (wadah) berkumpulnya orang-orang yang diikat dalam sebuah aturan-aturan yang tegas  dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah terkoordinir secara sistematis dalam sebuah struktur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2)   Modern
Asumsi : Organisasi sebagai sebuah jaringan sistem yang terdiri dari setidak-tidaknya 2 orang atau lebih dengan kesalingtergantungan, input, proses dan output. Menurut pandangan ini, orang-orang (komunikator) bekerjasama dalam sebuah sistem untuk menghasilkan suatu produk dengan menggunakan energi, informasi dan bahan-bahan dari lingkungan
3)   Interpretasi Simbolik
Asumsi : Organisasi memproduksi situasi / lingkungan/ budaya/ realitas sosial melalui pemaknaan atas interaksi dalam organisasi. Organisasi terbentuk karena adanya interaksi (komunikasi) yang terjadi antar anggota melalui pemaknaan atas simbol-simbol, baik simbol verbal maupun non verbal.
4)   Postmodernisme
Asumsi : postmodernisme mencoba untuk mengkritisi (melakukan penentangan terhadap) perspektif modernisme yang menempatkan organisasi dalam bentuk sistem yang rasional empiris. Sistem dalam pengertian modernisme adalah hubungan rasional dari berbagai unsur yang ada dalam organisasi yang cenderung mengesampingkan intuisi dan pengalaman individu. Postmodernisme juga menganggap bahwa organisasi sebagai tempat terjadinya negosiasi kekuasaan, dominasi kelompok dan pertarungan kepentingan sehingga perlu adanya rekonstruksi kekuasaan. Untuk itu postmodernisme mencoba memberikan ruang pada munculnya partisipasi anggota organisasi.
Dalam organisasi baik yang berada pada perspektif objektif maupun subjektif selalu terkait dengan alur informasi dalam organisasi. Komunikasi yang terjadi dalam organisasi menurut Bertinghaus (Liliweri, 1997) menyebutkan paling tidak ada tiga bentuk komunikasi formal yaitu berdasarkan: (1) arah dituju: vertikal, horisontal/lateral. (2) sifat: tipe jaringan komunikasi yang disesuaikan dengan tugas, dan (3) keformalan (sisi formal, sejauhmana lur komunikasi dibatasi oleh kewenangan. Jika dilihat dari arah yang dituju, pesan dalam komunikasi formal biasanya dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas secara vertikal dan dari tingkat yang sama atau secara horizontal dan komunikasi lintas saluran.
Pace & Faules memaparkan jenis alur informasi dalam komunikasi organisasi yang terdiri dari: Komunikasi ke bawah dalam organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai. Ada dua persoalan terkait hla ini adalah jenis informasi apa yang disebarkan dari tingkat manajemen kepada para pegawai dan bagaimana informasi tersebut disediakan.
Katz & Kahn dalam Pace & Faules (1998) membagi lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan: (1) Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai, dn (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas.
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Semua pegawai dalam sebuah organisasi, kecuali mereka yang menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke atas. Hal-hal yang dikomunikasikan ke atas biasanya memberitahukan apa yang dilakukan bawahan, menjelaskan persoalan-persoalan kerja, memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit kerja atau mengungkapkan bagaimana pikiran dna perasaan bawahan tentang pekerjaan mereka, rekan kerja mereka dan organisasi.
Komunikasi Horisontal terdiri dari penyampaikan informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. Komunikasi horizontal sedikitnya memiliki lima alasan untuk diungkapan yakni untuk mengkoordinasi penugasan kerja, berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan, untuk memecahkan masalah, untuk memperoleh pemahaman bersama, untuk mendamaikan, berunding dan menengahi perbedaan, dan untuk menumbuhkan dukungan antarpersona.
Komunikasi lintas saluran, dalam kebanyakan organisasi muncul keinginan pegawai untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dan individu yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka. Dalam organisasi biasanya staf khusus paling aktif dalam komunikasi lintas saluran karena biasanya tanggung jawab muncul di beberapa rantai otoritas perintah dan jaringan yang berhubungan dengan jabatan.
Komunikasi informal, pribadi atau selentingan, terjadi bila pegawai berkomunikasi satu sama lainnya tanpa mengindahkan posisinya dalam organisasi, faktor yang mengarahkan aliran informasi lebih bersifat pribadi dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan.
KABINET INDONESIA BERSATU JILID II
Kabinet Indonesia bersatu jilid II bentukkan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono bersama Wakil Presiden Boediono jika dikaitkan dengan teori organisasi maka akan lekat dengan teori birokrasi dari Max Weber. Pemikiran ini didasarkan pada teori weber yang menempatkan organisasi dengan sifat formal seperti kabinet pemerintah.
Teori Weber (dalam Pace & Faules, 1998) menyebutkan bahwa suatu organisasi birokrasi yang ideal harus memiliki sepuluh ciri yakni: (1) Terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan antara jabatan-jabatan. (2) Tujuan atau rencana organisasi terbagi dalam tugas-tugas, tugas organisasi disalurkan di antara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi. (3) Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban dibeirkan kepada jabatan. (4) Garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkis. (5) Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas.
(6) Prosedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal. (7) Suatu sikap dan prosedur menerapkan suatu sistem disiplin. (8) Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan kehidupan organisasi. (9) Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi teknis. (10) Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis, kenaikan jabatan dilakukan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.
Teori birokrasi ideal yang dipaparkan Weber itu akan saya kaitkan dengan perspektif organisasi dari pandangan objektif dan subjektif tentang Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Kabinet Indonesia bersatu jilid II ini terdiri dari: 34 Jabatan Menteri yang didampingi 19 wakil menteri, dan 3 pejabat negara setingkat menteri.
Jika dilihat dari jumlah, ternyata Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II ini dinilai oleh sebagian pihak sebagai kaya struktur yang fungsinya masih diperdebatkan. Apakah dengan memiliki banyak pejabat negara dalam birokrasi maka akan membuat birokrasi itu menjadi lebih efektif? Ataukah malah sebaliknya? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab jika dilakukan kajian mendalam tentang efektivitas birokrasi dengan format besar (terdiri dari banyak bagian).
Jika dilihat dari pandangan objektif maka Kabinet Indonesia bersatu jilid II hanya akan dilihat sebagai struktur dengan fungsi yang ketat. Jadi kabinet ini terdiri dari 34 Menteri yang masing-masingnya membidangi departemen yang terkait dengan pelayanan kepada masyarakat. Kabinet akan dilihat sebagai bagaimana para Menteri bekerja dalam menjalankan program pembangunan dengan standarisasi yang jelas dan bahkan ditetapkan dengan peraturan formal yakni perundang-undangan (GBHN / Undang-Undang Tentang APBN). Dalam pandangan objektif kabinet Indonesia akan dikatakan sukses jika bisa menyelesaikan persoalan yang dihadapi masyarakat Indonesia.
Sedangkan dalam pandangan subjektif, kabinet Indonesia bersatu jilid II dipahami sebagai suatu proses dimana departemen dalam lingkup kementerian melaksanakan fungsinya. Setiap bagian bekerja dalam komunikasi yang terbuka mencapai kesejahteraan rakyat. Kabinet ini akan dikatakan efektif jika mereka bisa membangun komunikasi sehingga menciptakan budaya baru yakni kerja sama yang kontinyu dan holistik diantara kementria dibawah pimpinan SBY-Boediono.   
KESIMPULAN
Komunikasi organisasi menurut R.Wayne Pace dan Don F. Faules dapat dikaji dari dua perspektif utama yakni perspektif objektivis dan perspektif subjektivis. Perspektif objektivis melihat organisasi sebagai suatu struktur yang lebih ditekankan nilai manusia sebagai mesin. Sedangkan pada perspektif subjektivis, organisasi dimaknai sebagai proses dan manusia lebih dihargai dengan pendekatan human relation.
Teori komunikasi organisasi bergerak dalam empat perspektif utama yakni klasik yang melihat organisasi sebagai wadah orang berkumpul dalam ikatan aturan yang ketat. Modern, Organisasi sebagai sebuah jaringan sistem yang terdiri dari setidak-tidaknya 2 orang atau lebih dengan kesalingtergantungan, input, proses dan output. Interpretasi simbolik, organisasi memproduksi situasi, lingkunga, budaya, realitas sosial atas interaksi dalam organisasi. Postmodernisme, mencoba mengkritisi perspektif modernisme yang menempatkan organisasi dalam bentuk sistem yang rasional empiris menuju hubungan relasional antara berbagai unsur dalam organisasi.
Alur informasi dalam organisasi pada umumnya terdiri dari komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horizontal, komunikasi lintas saluran dan saluran informal, antarpribadi atau pun selentingan.
Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dapat dianalisis dari perspektif objektif (terkait dengan analisis struktur) dan juga dapat dianalisis dari perspektif subjektif terkait proses komunikasi diantara struktur pada kabinet pimpinan Presiden SBY dan Wapres Boediyono. hasil analisis ini juga dapat dijadikan rujukkan bagi penyusunan Kabinet Pembangunan pada masa pemerintahan lainnya.
CATATAN:
1.    Pace & Faules (1998) dalam bukunya Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan pada Bagian Satu: Mengenal Komunikasi Organisasi menyampaikan dua perspektif ini sebagai cara pandang dalam memahami komunikasi organisasi. Kedua perspektif ini terdiri dari perspektif objektif dan perspektif subjektif.
2.    Definisi ini disampaikan oleh Joseph DeVito (1997) dalam bukunya  Komunikasi Antarmanusia Kuliah Dasar Edisi Kelima, hal 337. 
3.    Gareth Morgan dalam Littlejohn (2009) hal 361 menyampaikan cara lain yang berguna ketika kita memikirkan tentang organisasi adalah melalui penggunaan metafora-metafora yang identik dengan organisasi. Lihat juga Gareth Morgan, (images of organization (Beverly Hills, CA: Sage, 1986).
4.    Muwafik Saleh dalam tulisan komunikasi organisasi yang diposting di: http:www.sambasalim.com/pendidikan/komunikasi-organisasi.html.



DAFTAR PUSTAKA
DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books.
Griffin, Em. 2003. Communication: At First Look At Communication Theory. Boston: The MacGraw-Hill Higher Education
Pace, R.Wayne & Don F. Faules. 1998. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaani. Bandung: Remeja Rosdakarya.
Sendjadja, S.Djuarsa Dkk. 1994. Modul Teori Komunikasi. Universitas Terbuka.
West, Richard & Lynn H. Turner. 2009. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

http:www.sambasalim.com/pendidikan/komunikasi-organisasi.html tulisan dari Muwafik Saleh dengan judul KOMUNIKASI ORGANISASI. diakses pada 31 Maret 2012, 17.44 WIB.

Komentar

  1. punten, apakah ada file asli dari makalahnya? agar saya bisa jadikan referensi di tulisan saya, terima kasih

    BalasHapus
  2. The casino is a great place to find slots, video poker
    There are over 400 slot 텍사스 홀덤 machines and 복불복 룰렛 video poker tournaments. and 22bet some 먹튀탐정 have just been played at the 토토 커뮤니티 casino. We've got games for you to try,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Artikel 1.500 Kata

selamat pagi mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Undana, berikut ibu kirimkan tugas yang dikumpulkan paling lama hari ini jam 23.59 WITA berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat pada Rabu, 06 Maret 2019. Terima Kasih Soal: Cari dan pelajari dengan saksama 1 jurnal sesuai dengan paradigma penelitian komunikasi (Objetivistik, Subjektivistik dan Kritis) yang sudah anda pelajari dan pilih di kelas, kemudian uraikan analisis anda terkait jurnal tersebut berdasarkan materi yang telah dijelaskan oleh masing-masing kelompok dan pengayaan dari Dosen. (catatan: tugas diketik dengan maksimal 1.500 kata dan dikirimkan ke email monikawutun@gmail.com  diunggah bersama file jurnal yang dipelajari paling lama senin, 11 Maret 2019 jam 23.59 WITA).  
DIMENSI VERBAL DAN NONVERBAL DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI Oleh : Monika Wutun Dimensi komunikasi verbal dan nonverbal pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dan sering berlangsung secara bersamaan. Bahkan kita tidak dapat memilah kapan seseorang melakukan komunikasi verbal secara mandiri tanpa disertai dengan komunikasi nonverbal. Pemahaman tentang komunikasi vebal dan nonverbal akan dibahas pada tulisan ini dengan tujuan untuk memberikan pengertian yang tepat tentang bagaimana simbol verbal dan nonverbal dimaknai ketika kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Tulisan ini diharapkan bisa memberikan gambaran tentang definisi komunikasi verbal dan nonverbal, fungsi-fungsinya, dimensi-dimensinya, hambatannya serta perbedaan komunikasi verbal dan nonverbal. Perbedaan disini tidak dimaksudkan seperti dikotomi antara positif dan negatif atau benar dan salah tetapi lebih pada pengertian bagaimana kedua simbol verbal dan nonverbal digunakan dan dipahami maknanya. KOMUNIKASI VE...