Apakah
Roda Masih Berputar dan Dunia Masih Bergulir?
Telaah
Kritis Buah Pikir Herman Soewardi Tentang Sains Tauhidullah
Dari
Persepektif Mahasiwa Non Muslim
(sebuah tugas kuliah Mahasiswa FIKOM Unpad 2011)
Oleh
: Monika Wutun
1.
Prakata
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling kait-mengait
dalam perjalanan dunia secara historis maupun substansial. Dua kata ini
sebenarnya merupakan akar dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
super modern dan canggih berbasis teknologi tinggi yang kini tengah dinikmati
oleh umat manusia di seluruh dunia.
Peran filsafat dan ilmu dalam membentuk atau menciptakan
dunia seperti dewasa ini, dengan kelebihan dan kekurangannya tak hanya
dinikmati oleh salah satu kaum saja. Tetapi harus diakui keduanya telah membuat
semua umat manusia dapat mengenal dengan lebih baik keberadaan atau eksistensi
dirinya maupun keberadaan atau eksistensi dari dunia itu sendiri.
Jika dikaji dari berbagai latar belakang dengan paradigma
tertentu yang digunakan maka persepsi yang diciptakan akan menghasilkan buah
pikir yang berlainan. Terlepas dari berbagai penilaian tentang keberadaan dunia
yang benar ataupun salah, namun harus diakui semua pihak yang menyatakan benar
atau salah justru juga menikmati kebenaran dan kesalahan yang ada dan terjadi
di dunia ini. Tidak ada satu pihak pun saat ini dapat menghindari sesuatu yang
sudah ada dan berada seperti adanya saat ini.
Maka seharusnya umat manusia sebagai penghuni bumi ini,
hendaknya menyadari tanggung jawab bawaan untuk menjaga keberadaan bumi agar
dapat terus ada sampai saatnya jika ada kekuatan yang melebihi semua kekuatan
di bumi menghendaki keberadaan bumi itu diakhiri. (Kekuatan itu bisa jadi
kehendak Tuhan atau TAKDIR merenggut keberadaan bumi ini). Sehingga ketika hal itu terjadi kita akan
bertanya dan terus bertanya apakah roda masih berputar dan dunia masih
bergulir?
2.
Mengapa
Harus Herwan Soewardi?
Pertanyaan ini memang menggelitik
keingintahuan Penulis untuk mengenal lebih mendalam seorang Herman Soewardi
yang boleh dikatakan memiliki pemikiran yang luar biasa untuk dikaji secara
ilmiah. Herman Soewardi bisa menghasilkan filsafat ilmu yang berbasis agamanya
yakni Islam, kemudian membandingkannya dengan ilmu yang sudah berlaku universal
saat ini.
Sebenarnya pemikiran Herman Soewardi
ini tidak perlu dipertentangkan untuk tujuan menghancurkan atau mencari kesalahan dan kebenarannya, tetapi justru
harus dipertentangkan untuk menemukan makna terdalam dari niat suci Herman
Soewardi untuk menggeluti filsafat ilmu hingga akhir hayatnya.
Kita tilik saja dari sejarah sampai
lahir kepenuhan pemikiran Herman Soewardi yang tertuang dalam buku Roda
Berputar Dunia Bergulir yang merupakan hasil telahannya selama lima tahun sejak
1994-1998. Buah pikirnya lahir berjenjang dari Diktat kuliah filsafat ilmu
hingga akhirnya menghasilkan buku yang sampai saat ini dipakai oleh Universitas
Padjadjaran sebagai bahan perbandingan dengan filsafat ilmu pada umumnya (ada
barat dan timur / islam) atau bisa jadi paradigma baru pemikiran filsafat ilmu
sebagai ilmu yang sejati?
Herman Soewardi dalam buku Roda
Berputar Dunia Bergulir mengkaji dari perspektif Islam sebagai agama yang
dianutnya tentang sains atau ilmu yang berbasis barat sentries yang dinamakan Sains Barat Sekuler (SBS) dengan Sains Tauhidullah yang Islami. Kajian yang
dibuat oleh Herman Soewardi ini memang sangat menarik untuk diulas lagi lebih
mendalam oleh para pihak yang tertarik dengan buah pikirnya.
Kajian itu hendaknya dapat mengayomi
ilmu dengan sifat universalnya sehingga
ilmu itu dapat diperuntukkan bagi umat manusia di seluruh dunia tanpa ada
pembatasan, penyekatan atau pengkotakan antar kelompok umat di dunia ini. Sehingga
apa yang dikatakan sebagai Sains Tauhidullah yang Islami
dengan basis wahyu dari Tuhan (Allah SWT) dapat mengubah 7 abad salah dengan
orientasi sains barat sekuler dapat kembali menjadi 7 abad benar dengan ilmu
yang bersumber dari wahyu Ilahi.
Sekiranya buah pikir Herman Soewardi
ini tidak hanya bisa digunakan oleh kaum Muslim saja tetapi dapat juga menjadi
ilmu bagi kaum Non Muslim dengan dasar ajaran agamanya masing-masing. Karena
menurut Penulis Implikasi Tauhid pada LIFE dan Implikasi Tauhid pada THOUGHT,
merupakan pemikiran yang layak untuk pelajari oleh kaum Non Muslim.
3.
Bagaimana
Mahasiswa Non Muslim memaknai Sains Tauhidullah?
Sebagai Mahasiswa Non Muslim awalnya
Penulis merasa kebingungan untuk memahami Sains Tauhidullah yang berbasis
Islam. Penggunaan berbagai istilah dalam Bahasa Arab yang sangat Islam sentries
belum lagi penulisan hanya ayat-ayat suci Al Quran tanpa menyebutkan
naskah-nya, membuat kebingunan itu menjadi lebih terpenuhi.
Selain itu jika dibaca hanya permukaan
maka Penulis dan kemungkinan mahasiswa Non Muslim lainnya hanya berpikir bahwa
buah pikir Herman Soewardi tentang Roda Berputar Dunia Bergulir hanya Filsafat
Islam yang mempersalahkan pemikiran barat dan mungkin bahkan secara ekstrim
mempertentangkan Filsafat Islam dengan Filsafat Kristen atau Yahudi.
Namun setelah dibaca lebih mendalam
akhirnya ditemukan makna tersembunyi dari pemikiran Herwan Soewardi bahwa
ternyata dirinya tidak mempertentangkan kebenaran sains dari versi Islam versus Kristen atau Yahudi tetapi
mempertentangkan dan bahkan secara ekstrem mempersalahkan Sains Barat Sekuler
yang mengagung-agungkan Rasio dan obyektivikasi tanpa melihat keberadaan
Kekuatan Ilahi yang melebihi rasio manusia. Hasilnya sudah tampak saat ini
dengan siklus karbon yang mengacam kelangsungan hidup manusia di bumi ini dan
juga pencemaran lingkungan dan berbagai masalah lainnya yang timbul karena
keangkuhan manusia.
Bahkan dalam pemikiran Herman Soewardi
ini, dirinya juga mempertentangkan pemikiran para pemikir Islam yang
terkontaminasi dengan pemikiran barat yang sangat rasionalis dan bahkan
cenderung atheis (tidak percaya keberadaan Tuhan). Dia menamakan kaum ini sebagai
kaum muslim yang mendewakan barat.
Karena itu Herman Soewardi menyusun
sains versi dirinya dengan dasar Naqliah memandu aqliah dengan wujud
konkritnya berupa alih premis dari premis empirical (value barat yang salah) ke
premis transcendental (value Tuhan yang benar) di segala bidang ilmu. Juga
dasar Naqliah memandu indrawi, dengan wujud konkritnya berupa
penyempurnaan proses pengindraan, menjadi intuitif atau irfani, karena
disinilah letak bimbingan Tuhan lewat Ilham.
Selain itu topik implikasi Tauhid pada
Life dengan berdasar pada Q,96:5 dengan tafsiran bahwa setiap guru yang baik
akan mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Sehingga dalam bingkai
konsep ini dibahas juga sejarah dunia dengan paradigma Islam, juga konsep 7
abad benar dan 7 abad salah serta Garis Susu (berbasis Islam) dan Garis Alkohol
(berbasis Barat). Pada bagian ini juga digelorakan kebangkitan Islam untuk
membawa ilmu pada pijakan ajaran Tuhan.
Juga implikasi Tauhid pada Thought atau berijtihad dengan pegangan Q,96:4 “yang mengajarkan manusia dengan perantaraan
qalam”. Disini Herman Soewardi menegaskan Kalam artinya kata-kata Allah
yang tidak sekedar pena atau nash-nash yang memandu akal atau pikiran manusia.
Dia menilai ilmu barat itu dilakukan
tanpa tuntunan Ilahi sehingga salah jalan dan itu dibuktikan oleh dia sebagai
tidak benar yang membawa manusia pada kehancuran peradaban seperti kerusakan
ekologi. Karena itu untuk menghasilkan ilmu yang bersumber pada Ilahi maka sain
itu harus berdasar pada naqliah memandu aqliah dan naqliah memandu indrawi.
Sebenarnya dari kaca mata Non Muslim
(lebih khusus mahasiswa non muslim) sebenarnya kedua dasar itu juga ada dalam
ajaran agama masing-masing. Seperti dalam ajaran Kristen ada juga perintah pada
Injil yang mengharuskan umat kristiani untuk menyampaikan kebenaran kepada
seluruh dunia dengan tafsiran kaum Kristiani juga berkewajiban untuk
mengembangkan sains berbasis pada Firman Tuhan.
Dan perintah ini ada dalam Injil Matius
28:20, “dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. Nash ini sebenarnya juga
mengharus kaum Kristiani untuk mengembangkan sains yang berbasis pada wahyu
Ilahi. Dan sains yang bersumber pada Firman Tuhan dan tentu mutlak benar itu, harus
diajarkan kepada semua umat manusia agar kelompok Sains Barat Sekular yang
cenderung atheis kembali kepada Sains
sejati yang mencari kebenaran Rasio dalam bingkai ke-Ilahi-an.
4.
Apakah
Roda Masih Berputar dan Dunia Masih Bergulir?
Pada bagian penutup ini, penulis sengaja mengajukan
pertanyaan apakah roda masih berputar
dan dunia masih bergulir? Sebagai pertanyaan reflektif bagi kita yang
mendalami Filsafat Ilmu sebagai jalan untuk menemukan Sains sejati.
Bagi penulis sains sejati itu adalah
sains yang ada dan dikembangkan bagi keselamatan umat manusia dan bukan malah
sebaliknya. Sains yang tidak terkotak-kotak dalam otak manusia yang dapat
ditakar, tetapi sains yang ada dalam rancangan Ilahi.
Entah apa agama-mu tapi kita semua
punya tanggung jawab untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang belajar dari
keberhasilan dan kegagalan di masa lalu untuk hidup di masa kini dan menyiapkan
dunia bagi generasi akan datang. Generasi yang ada sesudah kita dan bisa saja
kita juga menikmatinya di kehidupan sesudah saat ini.
Komentar
Posting Komentar